Senin, 07 November 2011

BILA AKU SELINGKUH....

Mata itu begitu jelas lekat menatapku, tajam sekali… seakan berlirih memanggil-manggilku

wajahnya lembut ayu…tak bernoda menyuarakan rindu
...
Bibirnya memerah memecah sendu..mendayu-dayu

oh Gusti…kuatkah bertahan hatiku ?


Mulanya tak ada rencana untuk bertemu, menyapa apalagi bercengkerama dengannya. Namun waktu itu tiba. Mulanya biasa, namun pertemuan itu tiada lepas dari ingatan dan memberi kesan yang mendalam. Entah karena ke-ayu-annya, perhatiannya, rasa saling “nyambung” atau karena aku sedang “kehausan”.

Disambung dengan saling bertukar no HP lalu terkirimlah “pesan” demi “pesan”. Dari pertanyaan basa-basi, lalu mulai nyerempet ke hal-hal yang pribadi. Bila ada nada pesan diterima, segera ingin membuka HP dan membacanya. Rasanya sangat deg-deg plas…hmh..harap-harap cemas. HP digenggam tak mau dilepas. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? ataukah ini yang dinamakan puber kedua? aku tidak tahu. Yang mulainya biasa lama-lama menjadi luar biasa pengaruhnya. Bahkan sulit lepasnya.

Tapi tentu semuanya menjadi rahasia berdua, tak seorangpun boleh tahu. Demikian juga istriku. Apakah aku sudah selingkuh?

Bila aku selingkuh…rasanya enak dan menantang dicampur gairah menggelora

Bila aku selingkuh..kenikmatan itu bisa kuraih meski bisa jadi sesaat

Tapi

Bila aku selingkuh..apakah aku benar-benar puas?

Bila aku selingkuh..bukankah aku mengkhianati janji pernikahanku

yang artinya mengkhianati Tuhan yang mempersatukan, Istriku sebagai teman pewaris kasih karunia, anak-anakku buah hati kami

dan diriku sendiri

Bila aku selingkuh…aku juga menjadikan wanita itu sebagai pelampiasanku..obyekku

ah egoisnya aku

Bila aku selingkuh…seteguk kurasa tapi pahit di dada tak sirna

Bila aku selingkuh..porak-porandalah tatanan rumah tangga

air mata bisa menjadi makanan

Bila aku selingkuh…semua berduka

terlalu mahal harganya cinta sejatiku hanya untuk seteguk kenikmatan

terlalu bernilai “kekasih-kekasih jiwaku” yang terganti hanya demi bayangan melesat

Ah maka semoga ini menjadi “BILA” dan tidak pernah ada bahkan niatpun tidak

(ini sebuah fiksi--perenungan jiwa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar