Senin, 07 November 2011

BUKAN SALAH SIAPA TAPI ADA MAKSUD APA

Sore itu saya melintas di satu jalan. Sejenak mata saya tertumbuk pada sesosok orang yang sedang duduk di atas trotoar seorang diri. Pandangan matanya kosong, tak jelas apa yang sedang dipikirkannya. Namun saya melihat jelas bahwa ada sesuatu yang "berbeda" dari fisiknya dibandingkan dengan orang kebanyakan. Ukuran kepalanya lebih besar dari ukuran kepala ora...ng dewasa pada umumnya. Dugaan saya, dia terkena Hidrocepalus.

Lalu pikiran saya melayang, berbagai pertanyaan muncul. Namun pertanyaan yang sangat kuat ada di benak saya adalah mengapa dia harus lahir demikian, apa yang menyebabkan dan seterusnya. Artinya saya mempertanyakan alasan atau latar belakang suatu keadaan.

Contoh di atas hanya salah satu dari sekian banyak persoalan hidup di dunia ini yang bisa kita jumpai dalam hidup kita sehari-hari. Banyak keluarga-keluarga yang memiliki anggotanya entah anak atau saudara yang lahir tidak dalam keadaan sempurna atau setelah sekian lama bertumbuh lalu secara tiba-tiba terkena sesuatu yang tidak diharapkan. Entah mengalami kecacatan secara fisik : polio, buta, tuli, bisu. Ada yang mengalami keterbelakangan mental, atau juga yang sekarang dikenal dengan anak berkebutuhan khusus . Ataupun kondisi seperti contoh saya di atas. Bahkan pula ada yang mengalami kelainan-kelainan di dalam tubuhnya seperti misalnya penyakit Leukimia, Lupus dan banyak lagi lainnya. Dan tentu saja masih banyak yang tidak cukup untuk diuraikan di sini.

Semua orang pasti tidak menghendaki dirinya lahir menanggung kondisi demikian atau memiliki anak dan saudara seperti itu. Karena hal tersebut bisa membuat malu/aib, melelahkan secara fisik dan emosi, terkuras keuangannya untuk biaya berobat/terapi. Namun harus bagaimana ketika semua itu sudah terjadi dan merupakan keadaan yang nyata.

Semua orang pasti tidak siap. Ada kesedihan, kekecewaan, kemarahan, penyesalan dan pertanyaan. Ada sebagian orangtua yang kemudian tidak mau menerima hal tersebut dan membuang anaknya yang dianggapnya merepotkan orangtuanya. Juga ada yang memasung atau mengunci anaknya di kamar supaya orang-orang tidak melihat "kekurangan" anaknya tersebut.

Apa yang saya tuliskan di atas bukan rekaan saya. Teman-teman saya sebagian mengalami perlakuan seperti itu. Ada yang diletakkan (di buang) di depan rumah orang lain oleh orang tuanya karena kakinya polio. Teman saya yang lain dari kecil sampai usia remaja dikunci tiap hari di kamar oleh ayahnya yang malu memiliki anak perempuan yang jumlah jarinya tidak lengkap.

Lalu bagaimana harus meresponinya. Seringkali orang lebih mudah untuk mempertanyakan ini salah siapa dari keadaan itu. Apakah salah orangtuanya atau salah satu dari orangtuanya? atau anak itu yang salah? atau orang lain? atau Tuhan?

Bila kita menekankan pertanyaan semacam itu maka kita akan mencari-cari kesalahan orang, maka bila kita sudah mendapatkan kesalahan dan orang yang kita anggap penyebabnya maka akan mudah bagi kita untuk tersulut kemarahan, kebencian, balas dendam dan terjadilah konflik.

Namun bila kita menemui penyebabnya itu ada pada kita maka kita akan terus dihantui perasaan bersalah yang rasanya sulit terampuni. Apalagi kalau kita menganggap Tuhan-lah yang jadi penyebab dari kondisi anak kita, maka kita seperti merasa Tuhan tidak adil, tidak baik dan semena-mena.

Itu semua tentu melelahkan dan tidak ada manfaat baiknya. Kita bisa saja justru tidak menyelesaikan masalah namun mencari masalah baru. Hubungan kita dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain justru terganggu. Bukankah dengan memiliki anak yang seperti itu saja sudah membutuhkan energi yang banyak, mengapa harus menguras energi kita untuk sesuatu yang sebenarnya bisa kita pakai untuk menolong anak kita tersebut.

Pertanyan apa yang bisa kita tanamkan dibenak kita ? Ada maksud apa di balik semua kondisi ini.

Bila kita bertanya ini salah siapa, maka kita sedang menengok ke belakang yang sebenarnya sudah berlalu dan sulit untuk diulang dan yang muncul adalah penyesalan. Bila kita bertanya ada maksud apa, maka kita sedang mengarahkan pandangan ke depan. Dan ini mengandung harapan untuk menjalani proses yang kita tanggung.

Tidak semua bisa terjawab dengan pertanyaan ada maksud apa. Kadang sebagian menjadi misteri ilahi. Mungkin kelak bila bertemu dengan Sang Perancang Agung, kita baru memahami apa maksud-nya.

Bukankah sering kita mendengar, banyak tokoh-tokoh besar di dunia ini yang tenyata masa kecilnya "tidak seberuntung" anak yang lainnya. Bukankah Sang Pencipta yang memiliki anak kita itu punya rancangan khusus untuk menyatakan keagunganNya. Bukankah justru di dalam kelemahan-lah, pertolongan Tuhan akan nyata.

mari kita bertanya bukan salah siapa tapi ada maksud apa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar