Selasa, 08 November 2011

Ge eR (Renungan Batin - 6)

Menurutku dia orangnya baik. Penuh perhatian. Aku tidak bisa melupakan moment yang berkesan itu. Tatkala aku sedang kesulitan mencari buku untuk tugas kuliahku, meskipun aku sudah mencoba mengubrek-abrek seluruh isi perpustakaan kampus namun tetap nihil. Aku bingung, jutek. Padahal tinggal beberapa hari tugas itu harus dikumpulkan.

... Namun dia yang tahu persoalanku, segera dia bertindak untuk menolongku. Dihubunginya semuanya teman-temannya bahkan tidak segan-segan dia mendatangi satu-satu kenalannya untuk mencarikan satu buku yang dia sendiri tidak butuhkan. Akhirnya dapat juga buku tersebut,maka legalah hatiku. Rasanya cowok itu “my hero’ bagiku. Dia cakep lagi, pinter dan hmh…yang luar biasa dia kelihatan dewasa sekali.

Tapi kenapa dia mau menolongku ya? Rasa-rasanya sulit lho menemukan cowok seperti dia. Jangan-jangan dia tertarik padaku ya? Mungkinkah itu? Oh..senangnya bila ya.

Sejak peristiwa itu aku jadi kepikiran terus ke cowok itu. Terbayang-bayang wajahnya, senyumnya dan apapun yang ada padanya semuanya jadi enak untuk dilamunkan. Apalagi bila aku sendirian..kadang aku bisa senyum-seyum sendiri. Apakah aku sedang jatuh cinta ya?

Aku bisa membayangkan seandainya aku “jadian” dengannya, oh betapa indahnya dunia ! bila aku resmi jadi pacarnya, wow apa kata dunia ! pokoknya mak nyus deh….

Ketika aku memikirkan ini sepertinya tanda-tandanya menampakkan arah yang positif, perasaanku seperti makin berkembang. Bukankah aku sering memimpikannya di kala tidurku, itu menjadi bunga tidurku. Bahkan sering aku cepat-cepat tidur supaya aku segera “bertemunya” di mimpiku dan berharap tidak bangun-bangun supaya selalu bersamanya dalam alam bawah sadarku.

Pernah dalam mimpiku, aku digandengnya mesra menuju altar gereja untuk diteguhkan menjadi pasangan suami istri, diiringi tatapan bahagia dari keluarga dan para sahabat kami. Romantis sekali… seperti penikahan putra mahkota kerajaan Inggris.

Apalagi bila mengingat perhatiannya kepadaku tidak berubah. Malah ketika aku mencoba mendoakan untuk mengkonfirmasi kepada Tuhan, sepertinya seisi surga merestui. Dalam perasaanku FirmanNya seperti mengatakan “ya” atau “setuju” dan sebagainya.

Namun, ada sedikit keraguan dalam hatiku. Apakah benar dia suka kepadaku? Betulkah dia mencintaiku? Kalau ya, tapi kenapa dia tidak pernah secara pribadi menyatakan perasaannya padaku. Jangan-jangan aku hanya berangan-angan saja. Apakah aku boleh menanyakan hal itu kepada dia? Tapi aku takut, aku takut kalau jawabannya “tidak”. Bisa kiamat dunia ini..

Hmh..aku harus menyadari hal ini. Aku telah salah bersikap. Kalau hal ini dibiarkan terus akan membahayakan diriku sendiri. Aku sudah terlanjur jauh berangan-angan bahkan mereka-reka apa yang akan terjadi dan bisa jadi TiDAK AKAN terjadi. Aku pasti akan kecewa.

Sebagai wanita aku harus jelas dengan ketetapan hatinya. Bila dia tidak pernah menyatakan “aku cinta kamu” atau “aku mendoakan kamu sebagai calon istriku” atau apapun istilahnya secara pribadi, maka haruslah kuanggap dia masih sahabat. Bahkan kalau seandainya dia mau mencium kakiku tapi tanpa pernyataan jelas dari dia, maka aku tidak boleh menganggapnya sebagai pacar.

Ini penting, karena aku akan menyandarkan hidupku selama-lamanya hanya kepada laki-laki yang tegas dan jelas dengan keputusan yang telah dipikirkannya.
Aku sadar kalau kesimpulan perasaanku salah bahkan dengan subyektif aku bisa merekayasa segala sesuatu untuk mendukung perasaanku itu. Memang aku harus hati-hati dengan perasaanku itu.

Bisa jadi dia tidak bersalah karena sikapnya wajar sebagai sahabat bahkan saudara. Hanya aku sendiri yang terlalu “gede rasa” alias GR.

Pwk, 6 Nov 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar