Senin, 07 November 2011

Hai Merpatiku....

Ada teman yang menceritakan kondisi kedua orang tuanya. Sekarang ini orang tuanya sering bertengkar. Ada masalah sepele saja sudah ribut sampai akhirnya diam-diaman alias tidak tegur sapa sampai berhari-hari.

Sehari-hari ke dua orang tuanya bekerja dan pulang sudah hampir larut malam. Setibanya di rumah seperti sudah jadi tradisi, mereka makan malam setelah itu langsung berpisah dengan aktivitas ...masing-masing. Si ibu asyik dengan tontonan sinetronnya, sedangkan si ayah tidak suka dengan sinetron, masuk kamar dan menyetel TV di kamar dengan tontonan lain yang disukai si ayah.

Anak-anak mereka sudah menikah dan ada yang tinggal di luar kota maupun di tempat lain. Bila orang tua itu tidak di rumah, maka keadaan rumah itu kosong. Namun sebenarnya, meskipun mereka pulang ke rumah, kondisinyapun sepi karena tidak ada komunikasi dan kehangatan di antara ke dua orang tua tersebut.

Status mereka sah sebagai suami istri dan tinggal bersama dalam satu atap. Mereka tidak bercerai secara hukum, namun keadaannya sepertinya sudah "berpisah" karena sudah tidak ada komunikasi yang sehat. Orang yang paling dekat bagi mereka ya pasangan mereka sendiri, namun pasangan itu sendiri sudah terasa "jauh" hubungannya. Artinya mereka sudah tidak punya siapa-siapa dimana mereka bisa curhat dan berkomunikasi.

Tidak tahu apa yang membuat demikian. Namun saya melihat kenyataan ini banyak dialami oleh orang-orang tua yang anak-anaknya sudah menikah dan tinggal terpisah dengan mereka. Mereka hidup dalam kesepian meskipun masih tinggal dengan pasangannya.

Bisa jadi selama ini mereka sibuk mengurus anak-anak dan pekerjaan. Sedangkan kebutuhan mereka berdua sebagai suami istri justru terabaikan. Mungkin tidak terasa sehari dua hari setahun namun bila itu sudah bertahun-tahun dan tibalah saat mereka tinggal berdua, maka barulah terasa bahwa hubungan mereka sudah terasa "jauh". Mereka seperti tidak saling mengenal dan menjadi asing.

Sebagai suami istri tentu mempunyai kebutuhan yang juga harus diperhatikan. Hubungan mereka lebih penting dari anak-anak. Artinya suami harus mengutamakan istri daripada ke anak-anak, demikian istri harus mengutamakan suami dari pada ke anak-anak.

Banyak orang tua yang memperlakukan salah terhadap anak-anak mereka dan mengabaikan pasangannya. Misalnya istri-istri kadang senang tidur dengan anak-anaknya daripada dengan suaminya, sehingga kadang-kadang kebutuhan seksual sang suami ikut terganggu. Ini dapat menimbulkan masalah. Selain itu bila suami istri tidur dalam satu ranjang diharapkan akan memiliki banyak kesempatan untuk berkomunikasi.

Kepentingan komunikasi suami istri juga bukan hanya diskusi masalah rumah tangga, anak-anak, keuangan, pendidikan anak-anak dan sebagainya namun juga menyatakan perasaan masing-masing.

Sebagai suami istri perlu menyediakan waktu untuk saling curhat dan tidak membicarakan anak-anak dan sebagainya. Bila ini dilakukan akan sangat nyaman sekali hubungan di antara mereka.

Saya berjuang untuk menyediakan waktu dengan istri saya supaya memberi kesempatan untuk saling curhat perasaan. Itu sering dilakukan sambil makan di rumah makan ber dua, Bila saya sedang ke luar kota, kadang saya menuliskan SMS ke istri saya untuk mengajaknya pergi ber dua seperti kalimat-kalimat yang saya tulis di bawah ini.

Hai merpatiku

Betapa senangnya terbang bersamamu

Mengarungi alam raya

Bermandikan sinar matahari

Berluncur angin, menembus awan

Disegarkan hujan

Bolehkah kita hinggap sejenak berdua

Besuk pagi di warung....

Untuk melepas dahaga dan lapar ?See More

Tidak ada komentar:

Posting Komentar