Kamis, 24 November 2011

Pilihan yang Sulit: Anak atau Pekerjaan? (Renungan Batin - orang tua & anak - 3)



beberapa hari lalu saya berkesempatan untuk memandang dua kakak beradik laki-laki yang sedang bermain air di depan rumahnya, tepatnya di teras rumah. Mereka mengguyur lantai teras itu dengan air lalu menyapunya. Setelah beberapa saat mereka mandi di bawah kran air depan teras itu sambil masih memakai baju lengkap.

Saya terus memperhatikan mereka. Sang kakak kemudian meminum air kran itu beberapa teguk lalu bermain ria-lah mereka dengan air itu sambil tertawa. Sang adik menyemprot kakak lalu dibalas oleh sang kakak, demikian serunya. Entah berapa liter air tertumpah karena ulah mereka.

Sambil memandangi mereka saya sebenarnya bertanya-tanya kenapa pembantunya tidak ke luar rumah dan menghentikannya. Mereka seperti dibiarkan dan tidak ada yang memperhatikan.

Ternyata dalam beberapa menit kemudian saya mendengar rengekan anak kecil yang lain di sebelah rumahnya yang sedang berbincang-bincang dengan pembantunya. Si pembantu mengancam akan memasukkan anak itu ke dalam dus dan mengirimnya ke orang tuanya yang tinggal di kota lain. Anak tersebut tidak mau lalu dia diam. Anak itu memang tinggal bersama pembantunya dan tidak mau tinggal dengan orang tuanya.

Kakak beradik tersebut memang diasuh oleh pembantu sehari-harinya karena ke dua orang tuanya bekerja dari pagi hingga sore hari. Setelah orang tua bekerja otomatis mereka hidup dengan pembantunya. Mereka pergi, main atau berbuat apapun seringkali tanpa pengawasan. Bahkan anak satunya, betul-betul terpisah dengan orang tuanya.

Saya tidak tahu pasti apa alasan orang tua mereka bertindak demikian terhadap anak-anak mereka. Bukankah anak-anak itu membutuhkan perhatian dan pendampingan dari orang tuanya dan tidak bisa tanggung jawab itu diserahkan pada pembatunya semata-mata.

Dua kejadian nyata tadi memberi pelajaran penting bagi saya. Anak-anak tidak hanya membutuhkan materi tapi juga kasih sayang, perhatian dan berkomunikasi dengan orang tuanya. Anak-anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat orang tuanya dan kelak harus dipertanggungjawabkan kembali kepada Si Pemilik mereka.

Berapa banyak anak yang “terluka” karena mereka tidak lebih penting dibanding pekerjaan, kesibukan, uang dan lainnya di mata orang tua mereka. Berapa banyak anak yang kemudian menjadi pembrontak karena kebutuhan untuk diperhatikan. Dan tidak sedikit anak yang kemudian menjadi orang-orang yang “kehausan” kasih sayang dan mencarinya pada tante-tante girang atau om-om hidung belang.

Selain itu sangat beresiko bila anak tanpa pengawasan orang tuanya. Bagaimana dengan nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada si anak bila pembantunya yang mengurus sehari-hari? didikan macam apa yang akan diterima si anak?

Bukankah kita sering mendengar ada anak yang dibiarkan terus nonton TV sedangkan si pengasuhnya sibuk SMS, ber-telp ria dan berpacaran dan sebagainya. Bahkan ada anak yang diberi obat tidur supaya pengasuhnya bebas melakukan yang disukainya. Ada juga anak yang sudah sedemikian lengketnya dengan pengasuhnya, maka apabila pengasuhnya pergi maka dia akan menangis untuk ikut atau mencarinya, tapi bila ibunya yang pergi, dia diam saja. Itu sesuatu yang wajar, anak akan merasa dekat dengan orang yang peduli dan dekat padanya.

Seringkali karena alasan ekonomi ibu-ibu "terpaksa" harus bekerja di luar rumah, kalau tidak maka kebutuhan keluarga tidak terpenuhi. ini pilihan yang sulit.

Tentu persoalannya bukan pada ibu harus bekerja atau tidak bekerja. Karena banyak juga ibu-ibu yang tidak bekerja alias hanya sebagai ibu rumah tangga biasa namun tetap tidak melakukan peran dalam mendidik anak dengan baik. yang mereka lakukan justru : membicarakan orang lain, pethan (mencari kutu), nonton sinetron, tidur dan sebagainya.

Namun ini bisa menjadi pemikiran :

apakah ibu-ibu tidak bisa mengambil pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah sambil merawat anak-anak?

Bila harus bekerja, cari orang yang sangat dipercayai untuk menjaga si anak di rumah dan membuat kesepakatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan si pengasuh. dan Bila ada kesempatan istirahat, bisa pulang menengok dan mengusahakan sering komunikasi dengan si pengasuh dan anak. Sesampainya di rumah maka anak harus segera menjadi tanggungjawab orangtua, demikian juga ketika orangtuanya libur.

Bila ibu harus bekerja, cari penitipan anak yang baik (bila tidak ada pembantu)

Mungkin terus memikirkan supaya bisa maksimal mengasuh anak terutama dibawah usia 8 tahun. itu usia emas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar