Kamis, 24 November 2011

Tiga Anak Panah Saya

Saya makin menyadari sekarang ini. Memiliki tiga anak panah memperluas cakrawala saya dan ruang di hati saya. Itu juga membuat saya mengagumi Sang Pencipta yang kreatif dan Mahakuasa. Setiap hari makin menikmati perkembangan mereka. Ternyata mereka memang memiliki keunikan masing-masing. Bersyukur kalau saya bisa mempunyai lebih dari satu anak panah sehingga bisa menjadi pembanding satu dengan yang lain secara positif.

Meskipun tiga anak panah saya itu berjenis kelamin laki-laki semua, namun mereka tetap memancarkan keberbedaan.

Kekhasan itu dapat terlihat dari fisiknya : yang sulung, wajahnya sering dikatakan mirip dengan ayahnya, badannya besar, kulitnya hitam, rambutnya lurus hitam lebat. Yang tengah, wajahnya persis ibunya, badannya kurus kecil (ketahuan mengalami bocor jantung ketika berusia tiga bulan dan kena flek lalu diobati selama enam bulan), kulitnya agak hitam, rambutnya ikal rapi. Sedangkan yang bungsu, wajahnya campuran ayah dan ibunya, badannya besar tinggi, kulitnya putih, rambutnya ikal.

Kepribadiannya juga unik : anak panah yang pertama, tegas, keras, nuntut sempurna kadang kaku. Anak panah yang ke dua, cuek, kadang maunya sendiri, ceplas ceplos bahkan berani menegur ayahnya bila ada yang tidak di sukai. Anak panah yang ke tiga, sampai umur dua tahun ini belum berbicara, mudah merasa tidak aman, mudah menangis di suasana yang tidak dikenali.

Dalam hal makan. yang paling besar, sangat suka makan (apapun) bahkan sering berlebihan. Yang nomer dua, tidak suka makan terutama nasi, sayur dan sejenisnya kecuali roti dan biscuit. Yang paling kecil, juga suka makan tapi belum banyak menguyah.

Mengingat hal demikian, memang tidak mudah bagaimana memperlakukan ke tiga anak panah saya ini yang unik. Tentu tidak sama perlakuannya dan pendekatan yang dilakukan untuk membimbing mereka. Namun biarlah kami (saya dan istri) terus belajar untuk menemani mereka bertumbuh. Mereka bukan sekedar anak namun juga sebagai guru yang justru melatih kami untuk bertumbuh dalam karakter yang makin lebih baik.

Terutama kami menyadari peran kami hanya sebagai “busur”, biarlah ke tiga anak panah kami akan diarahkan mencapai sasaran yang oleh Sang Pemanah sesuai keinginanNya. Biarlah kami bekerja sama dengan Sang Pemanah untuk bergerak, melentur dan mengarah dengan fokus pada sasaran. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar