Rabu, 06 Juni 2012

Aku membutuhkanmu (Renungan Batin – pernikahan)


 Gadis itu seperti diutus Tuhan untuk menjadi penolongku. Bak bidadari yang turun dari khayangan dengan satu maksud untuk menjadi penyelamatku. Bukankah selama ini aku sendirian dalam sepi dan tidak ada orang yang mau peduli denganku. Seringkali malam-malam kulewati hanya dengan bermain bersama bulan dan bintang. Itupun hanya dalam khayalku saja. Apabila mendung atau hujan deras, merataplah hatiku menjerit bagai binatang kesakitan.
Selama ini aku ingin sekali memiliki pacar. Pikirku bila demikian hidupku akan terisi dan terhapuslah semua rasa sepi itu. Namun aku sudah mengusahakannya tapi rasa-rasanya gadis-gadis yang aku sukai seperti sengaja menghindariku.  Padahal menurut penilaianku wajahku juga tidak jelek-jelek amat, aku juga termasuk pandai bergaul. Aku sudah bekerja dan penghasilanku juga lumayan, cukuplah bila untuk menikah. Atau aku belum mendapatkan yang cocok atau aku terlalu pilih-pilih, entahlah.
Tapi semenjak bertemu gadis itu aku jadi merasa mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini. Dan untungnya diapun menyambut rasa cintaku dengan senang. Klop sudah..! Maka resmilah kami pacaran.  sejak itu aku selalu melewatkan hari-hariku bersamanya. Aku selalu ingin membuatnya senang dengan segala perhatianku baik melalui pemberian-pemberian barang atau makanan atau perlakuan-perlakuanku padanya bak melayani putri raja. Membukakan pintu mobil untuknya, mengangkatkan barang, mengelap keringatnya bahkan kalau perlu aku mau menjadi alas kakinya supaya kakinya tidak terkotori oleh debu.
Gadisku ternyata juga perhatian padaku. Bila aku main ke rumahnya, dia selalu menyediakan minuman kesayanganku dan dia membuatnya sendiri. Selain itu bila sudah dihidangkan, dia akan mengaduk gulanya bagiku. Wah romantis banget…
Tak terasa hubungan kami sudah semakin dalam dan kami sepakat untuk menikah. Apalagi yang ditunggu, toh kedua orangtua kami sudah setuju.  Maka menikahlah kami dengan rasa gembira karena didasari rasa cinta.
Tahun demi tahun berlalu dan kami sangat mengharapkan adanya anak dari buah cinta kami, tapi saat itu tak kunjung datang. Sudah banyak usaha kami lakukan tapi tetap hasilnya nihil. Kami cemas kalau-kalau Tuhan tidak memberikan kami anak. Dan akhirnya kami pasrah.
Kondisi ini membuat istriku sangat tegang dan nampak sekali kalau dia mengalami ketakutan. Dia menjadi pendiam dan mudah uring-uringan. Aku jadi merasa tidak nyaman.  Di satu sisi aku kasihan dengan istriku tapi di sisi yang lain aku sendiri menginginkan anak. Itu juga membuatku malu bila orang menilai yang negatif terhadap kami.
Hubungan kami jadi renggang. Saya jadi tidak betah di rumah. Istriku juga makin merasa cemburu dan sering menuduhku berbuat macam-macam. Hal ini membuatku marah. Maka rasanya aku sudah tidak sanggup hidup bersamanya lagi.
Dan entah salah siapa, seperti ada angin segar yang melonggarkan pernafasanku yang selama ini begitu sesak di dada. Ada karyawati baru yang membuat hatiku terpikat. Dan bisa ditebak ceritanya…yah aku selingkuh dengannya. Tidak ada orang yang tahu.  Tapi hatiku selalu resah…
Kusadari bahwa pernikahan tidak sekedar ada romantisme seperti di masa pacaran. Ada keadaan pelik dan ternyata rasa cinta tidak selalu cukup untuk menopang kesatuan pernikahan kami, meski rasa cinta itu perlu.
Ketika kami pacaran dulu, belum ada tanggungjawab dan belum hidup bersama. Jadi rasanya lebih banyak senangnya. Namun yang sangat kusadari adalah bahwa ketika kami saling mencinta dan menunjukkan perhatian di antara kami dulu, itu lebih banyak didasari karena kami saling takut kehilangan dan bisa jadi itu untuk mengikat kami.
Ternyata ketika kami dulu menyatakan sikap bahwa “aku membutuhkanmu” lebih semata-mata karena egois kami. Kami adalah orang-orang yang kesepian dan terluka maka kami jadi saling menuntut. Saat itu aku berpikir bahwa dia akan dapat mengisi hidupku ternyata tidak dan iapun juga berpikir demikian.
Ternyata kesepian dan perasaan terluka tidak cukup hanya dengan mendapatkan teman hidup. Ada hal yang lebih besar untuk mengisinya. Dan perasaan “aku membutuhkanmu” tidaklah sama dengan aku akan selalu ada untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar