Masalah jodoh ini menjadi sesuatu yang penting untuk dipikirkan karena
banyak orang yang sedang mencari jodoh atau sedang menunggu-nunggu
datangnya jodoh. Ada pernyataan yang sering kuden...gar
: “wah memang mereka jodoh sekali ya” atau “tenang saja mungkin belum
jodohmu” atau “sabar ya kalau dia itu jodohmu maka tidak akan kemana”
atau “ini jodoh dari Tuhan” dan sebagainya. Lalu Sebenarnya jodoh itu
siapa yang menentukan? Di tangan Tuhankah? Ataukah di tangan
masing-masing orang? Atau di tangan mak comblang?
Aku yang
saat ini sedang mencari calon teman hidupku sering bingung aku harus
bersikap dan bertindak seperti apa. Apakah aku harus menunggu saja
sampai Tuhan mengirimkan seorang laki-laki padaku dan tinggal aku
menyambutnya? Tapi kalau ternyata laki-laki yang dibawaNya kepadaku itu
tidak aku sukai bagaimana? Apakah aku boleh menolaknya? Tapi kalau aku
tolak bukankah katanya pilihan Tuhan itu pasti terbaik?
Apakah aku harus berusaha mencarinya sampai ketemu? Tapi siapa yang
tepat atau cocok bagiku, bagaimana aku dapat mengetahuinya kalau
laki-laki itu jodoh dari Tuhan?
Pertanyaan demi pertanyaan
muncul bergantian mengisi pikiranku. Kadang aku lelah mencari dan
sepertinya kok belum menemukan juga. Kalau sudah begitu, terkadang aku
sempat berpikir dan berharap kalau seandainya Tuhan langsung berbicara
kepadaku dan menyebutkan satu nama tertentu wah pasti aku langsung tahu
dan tidak bingung lagi. Misalnya Tuhan berfirman kepadaku : “ eh
jodohmu atau calon suamimu sudah kutetapkan…itu dia namanya X di kota Y
dan dia begini dan begitu”
Tapi betulkah aku tidak bingung
lagi kalau Tuhan langsung menetapkan dan memberitahu begitu? Ketika
kurenungkan secara mendalam bisa jadi aku tetap akan bingung karena
belum tentu aku cocok dengan pilihan Tuhan itu yang serta merta “turun
dari langit” untuk menikah dengan aku. Padahal aku punya perasaan yang
tentu saja membutuhkan proses untuk menjalani kedekatan.
Kalau jodoh di tangan Tuhan maka itu sepertinya memperlakukanku
layaknya sebuah robot yang segala tindakannya hanya digerakkan oleh
kontrol si penciptanya. Artinya dia tidak punya pikiran, perasaan dan
kehendak. Tapi manusia tidaklah robot. Justru Tuhan menciptakan manusia
sesuai gambarNya. Manusia diberi “free will” atau kehendak bebas.
Dengan “kehendak bebas” itu aku dapat memilih dan memutuskan sendiri
apa yang tepat bagiku. Jadi aku bisa saja tidak menikah kalau aku
menetapkan memang tidak menikah. Tuhan tidak akan mendatangkan
halilintar untuk memaksaku menikah. Demikian juga aku akan menikah
kalau aku memang berniat menikah.
Demikian juga aku tidak bisa
hanya diam di kamar dan bila tiba usiaku sudah layak nikah maka Tuhan
mempertemukan aku dengan laki-laki yang dijodohkan ke aku. Tidaklah
demikian. Aku tetap harus bertindak sesuatu dengan memperhatikan
pimpinan Tuhan.
Persoalannya semua manusia termasuk aku sudah
jatuh ke dalam dosa sehingga “kehendak bebas” itu juga dipengaruhi oleh
dosa. Maka bisa saja manusia dengan kehendak bebasnya itu salah memilih
teman hidup dan akhirnya bubar atau bercerai. Karena bisa jadi ketika
membuat keputusan untuk memilih teman hidup hanya didasari perasaan
cinta, pembicaraannya “nyambung”, bentuk-bentuk perhatian pasangannya
dan sebagainya.
Kalau misalnya aku menikah tapi kemudian
bercerai karena sebenarnya aku salah pilih maka apakah aku akan
mengatakan ini takdir Tuhan? Atau aku akan menyalahkan Tuhan kenapa
memberikan suami yang tidak baik? Tentu saja tidak, karena aku ikut
andil dalam membuat keputusan menikah dengannya itu.
Kadang orangtuapun juga bisa menentukan jodoh bagi anak-anaknya bahkan bisa dengan memaksakan kehendak mereka.
Tentu saja Tuhan memberikan kriteria orang yang baik yang bisa aku
pilih jadi calon suamiku. Aku harus memperhatikan itu. Maka itu juga
membuatku tidak bisa sembarangan menikah dengan siapapun asalkan
manusia atau asal saling suka karena perasaan sukaku itu bisa tidak
logis. Misalnya aku bisa suka dengan orang yang sudah beristri atau aku
bisa suka dengan cowok lebih dari satu dalam satu waktu, lalu apakah
aku harus menikah dengan semua cowok itu ?
Dan karena itu juga
aku akan bergaul dengan lingkungan orang-orang yang memang ada dalam
bingkai kriteria yang sudah Tuhan nyatakan. Dalam proses pergaulan itu,
aku akan mengenali siapa cowok yang tepat bagiku dan kepadanya aku bisa
menundukkan diri sebagai wanita. Dan tentu saja dia akan menjadi imam
bagiku.
Selanjutnya kami akan terus belajar bertumbuh dan
melakukan peran kami masing-masing dan semua proses itu bergantung pada
pimpinan Tuhan dan ada orang dewasa yang netral yang dapat menjadi
tempat untuk membimbing.
Jadi jodoh di tangan siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar