Semakin hari
bertambah aku makin mengakui betapa buruknya hidupku ini. Usia makin bertumbuh
tak juga bisa dikatakan aku ini bijaksana dan makin kurang dosaku, namun justru
kutemukan kebobrokan hidup ini.
Memang aku bukan
teroris yang melakukan teror di masyarakat dengan berbagai tindakannya. Aku
juga bukan seorang pemerkosa, pun demikian aku bukanlah seorang penjagal
manusia. Merampok uang milyaran juga tidak aku lakukan. Ditambah lagi aku juga
bukan preman yang ditakuti masyarakat. Meskipun dulu aku pernah sedikit
berkecimpung dalam dunia kejahatan tapi cuma skala kecil saja.
Aku cuma pernah
nyontek ketika ujian di sekolah, berpikir kotor, mengumpat, membenci orang
lain, iri hati, dendam, mencuri buah milik tetangga, melanggar peraturan lalu
lintas dan segudang “dosa-dosa kecil” lainnya. Namun bukankah itu tetap
pelanggaran dan dosa. Bukankah tidak ada dosa besar dan dosa kecil, semua
perbuatan dosa adalah dosa.
Di dunia ini
tindakan yang melanggar hukum negara yang dilarang dan ada sangsi hukumnya tapi
itupun juga aku lakukan asal tidak ketahuan polisi atau orang lain. Apalagi
untuk perbuatan-perbuatan yang sulit dibuktikan oleh aturan-aturan hukum negara
tersebut...wah pasti sudah sering kulakukan. Jadi betapa kotornya aku ini.
Dosa-dosaku ada
yang terlihat di permukaan namun ada juga yang tidak terlihat oleh orang lain.
Kadang aku bisa memberi kesan yang salah pada orang lain melalui perkataan,
sikap dan tingkah lakuku. Padahal sebenarnya aku munafik. Aku terlihat baik, sopan,
ramah dan perhatian tapi dalam waktu yang bersamaan hatiku bisa dipenuhi dengan
kepura-puraan, kemarahan, iri hati dan kebencian.
Aku bisa berbuat
baik kepada orang lain, memberi sedekah dan berbuat amal sebanyak-banyaknya di
sana sini. Namun motivasiku tidak tulus karena ada motivasi-motivasi untuk
mencari kepentingan diriku sendiri misalnya supaya aku disukai orang banyak,
terkenal, punya rasa aman, mendapat imbalan di kemudian hari, dipuji orang atau
motivasi rohani yang sebenarnya juga salah misalnya supaya masuk surga atau
supaya Tuhan berkenan sehingga membalas kebaikanku itu berlipat ganda dan
sebagainya.
Bahkan dalam
hubungan dengan Tuhanpun tidak terlepas dari motivasi-motivasi yang tidak
murni. Aku beribadah, mencoba taat, berdoa dan berpuasa, membaca Alkitab,
melayani dan seterusnya. Itu semua aku lakukan supaya aku kaya, sehat, panjang
umur, diberkati atau tidak terkena hukuman atau kutuk dari Tuhan, supaya masuk
sorga dan sebagai. Aku melakukan hal-hal “baik” tersebut tapi tercemari dengan motivasi
yang salah. Itu semua tetaplah tidak murni. Seharusnya aku melakukanitu semua
karena aku mengasihi Tuhan dan memang seharusnya aku hidup seperti itu,
terlepas aku mendapat sesuatu atau tidak.
Hal dosa lain yang
dapat aku lakukan yaitu ketika aku tahu ada hal baik yang dapat aku lakukan
tapi aku malas dan tidak mau melakukan dengan alasan apapun juga, bukankah itu
juga dosa.
Ada Tuhan yang
Mahatahu baik tindakan luar dan di dalam hati yang kulakukan. Dia juga yang
menghakimi sesuatu benar atau salah, dosa atau tidak dari semua sikap dan
perilaku. penilaianNya tidak selalu dari apa yang nampak di luar tapi juga apa
yang tersembunyi dihati dan pikiranku. Bagaimana aku dapat menghindar dari
penglihatanNya. Bukankah aku telanjang dimataNya.
Aku tidak bisa
mengatakan karena semua orang melakukan maka tidaklah salah juga aku
melakukannya. Juga tidak dapat aku berpikir karena semua manusia mengatakan
“boleh” lalu pasti Tuhan setuju itu “boleh”. Tuhan punya kebenaranNya sendiri
dan itu mutlak. Tuhan dan FirmanNya itu yang menjadi patokan sesuatu itu benar
atau dosa. Aku tidak dapat memanipulasi, tidak juga bisa menyembunyikan
dosa-dosaku. Hidupku akan dilihat dari Mata yang suci tak ternoda sedikitpun
oleh kecemaran dosa.
Huuuh...! betapa
malunya aku ini. Aku hanya seonggok sampah yang kotor. Berbaju seputih apapun
dan berselimutkan apapun tak akan meniadakan keberadaanku sebagai manusia
berdosa yang memiliki potensi untuk berbuat dosa yang suci maupun dosa yang
keji.
Tak mampu aku
berbuat baik, tak berdaya aku menghapus dosa-dosaku. Tak kuat aku menanggung
dosa-dosaku sendiri. Aku hanya membutuhkan belas kasihan. Aku perlu anugerah
dari Tuhan sendiri. Aku hanya butuh uluran tanganNya menggapai aku dan
mengangkatku dari lumpur dosa ini.
Bersyukur itu semua
tersedia di dalam diri Tuhan yang mau datang kedunia ini menjelma menjadi
manusia karena kasihNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar