Selasa, 18 September 2012

Hidup yang berarti (Renungan batin)


 Baru saja aku mendengar tentang kematian seorang anggota densus 88 (alm) Bripda Suherman yang tertembak ketika sedang melakukan penyergapan kepada dua orang teroris di Solo. Dimana kota ini sedang dilanda teror penembakan yang dilakukan para teroris tersebut. Tentu saja tewasnya salah seorang anggota pasukan khusus anti teroris ini menimbulkan duka yang mendalam di lembaga kepolisian dan di antara orang-orang yang mengenalnya serta terutama keluarganya. Demikian kesedihan juga dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia ini yang memang tidak suka dengan tindakan teroris dan benci dengan kekerasan.
Ketika jenazah tiba banyak masyarakat dari pejabat tinggi sampai masyarakat biasa datang melayat dan memberi penghormatan bahkan mengelu-elukan sebagai pahlawan. Ayah almarhum berkomentar meskipun dia berduka karena kehilangan anaknya namun dia bangga karena anaknya gugur dalam menjalankan tugas mulia.
Ketika aku merenungkan hal ini. Aku merasa ini benar adanya. Terlepas dari pandangan sisi-sisi yang lain. Aku menghargai dan menganggap tindakan almarhum patut dijadikan teladan, meskipun masih muda namun hidupnya sudah diabdikan bahkan nyawanya dia pertaruhkan untuk bangsa dan negaran ya serta memberikan rasa aman di masyarakat. Hidup dan matinya berarti bagi orang lain.
Ada orang yang bernama Dawson Trotman yang hidupnya diabdikan untuk melatih banyak murid bagi  Kristus. Sampai sekarang pengaruh hidupnya tidak berhenti. Di usia yang belum terlalu tua, dia meninggal tenggelam dan mayatnya tidak ditemukan tatkala dia menolong orang yang nyaris tenggelam di suatu danau. Matinya demi menolong orang lain.
Seorang yang bernama Jim William mengalami cacat polio ketika remaja. Tubuhnya nyaris lumpuh total dan terbaring di panti jompo dan ditinggalkan orangtuanya yang tidak mau bertanggungjawab. Hidupnya masih ditopang paru-paru besi, kalau dia duduk maka dia bisa langsung mati. Jarinya hanya bisa digerakkan tiga inchi saja. Namun karena imannya kepada Tuhan Yesus, hidupnya berarti. Orang yang menengok untuk memberi perhatian dan penghiburan padanya justru pulang dengan dihibur. Ada yang mengenal Sang juruslamat setelah dikenalkan oleh Jim. Doanya supaya ada orang yang memberinya uang kepadanya bukan untuk dia tapi untuk diberikan orang lain yang membutuhkan. Saat kematiannya dihadiri banyak orang yang telah “disentuh” hidupnya. Hidup yang terbatas dan menderita dan seharusnya membutuhkan perhatian orang lain, justru hidupnya melayani orang banyak.
Seorang misionaris di kutub selatan, yang hidupnya hanya mentaati Tuhan dan melayani suku di sana di tengah cuaca sangat dingin. Masih relatif muda dan istrinya masih mengandung anaknya, dia meninggal saat dia menolong seorang anak perempuan yang kepayahan membawa bongkahan es. Senapan yang sering dipakainya untuk berburu anjing laut (makanan pokok di sana) tiba-tiba meletus dan peluru menghujam dari mulut dan menembus bagian leher belakang. Penyerahan dan pengorbanan diri bagi orang lain ini dirasakan dan menyemangati anaknya yang dikandung saat itu yang tidak pernah melihat wajah ayahnya.
Lalu apakah selama ini aku hanya hidup dan memfokuskan diri hanya untuk kepentingan diriku dan keluargaku saja? ah betapa malunya kalau aku hanya mencurahkan pikiran dan mengisi hidupku untuk hal-hal sedemikian sempitnya. Dimanakah artinya hidupku kalau begitu.
Aku tidak mau hidupku hanya untuk mencari uang dan menumpuknya hanya demi kemapanan masa depanku dan keturunanku. Aku tidak ingin hanya jadi orang pintar dengan belajar berbagai ilmu supaya aku puas, dikagumi dan nyaman sendiri. Aku tidak berminat untuk membangun sebuah keluarga dimana istri/suami dan anak-anakku nyaman dan terpenuhi segala kebutuhan tanpa peduli dengan penderitaan orang lain.
Kelak aku tidak mau mati ketika muntah karena kekenyangan makan uang hasil korupsi meskipun kecil-kecilan. Aku tidak ingin mati ketika aku sedang selingkuh dan berzinah. Aku tidak mau mati ketika kedapatan sedang berfoya-foya dengan kemewahan, hiburan-hiburan duniawi dan sebagainya. Tapi aku mau mati ketika sedang memperjuangkan nasib orang lain.
Apa yang aku punya biarlah ini semua bisa dipakai untuk melayani orang lain. Apa yang bisa aku lakukan untuk orang lain biarlah itu yang memenuhi pikiran dan hari-hariku. Banyak orang yang menderita dan tertindas baik secara rohani maupun jasmani. Biarlah aku boleh menjadi pertolongan bagi mereka selagi masih ada waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar