Selasa, 18 September 2012

Teman lama atau kenangan lama? (Renungan Batin-suami istri)


 Taxi yang membawaku dari bandara meluncur dengan gesitnya dan tanpa kusadari tibalah aku di sebuah rumah makan yang teduh di pusat kota gudeg  itu. Sudah lama sekali aku meninggalkan kota ini dan berjuang menjalani hidup di ibu kota. Namun rasanya tidak banyak perubahan yang terjadi di sini. Mungkin hanya perasaanku saja yang seperti tamu di rumah bersama ini. Sejenak ingatanku melayang ke masa silam dan sepertinya baru kemarin aku pergi. Semuanya begitu melekat dan sulit untuk bisa dilupakan. Ah terlalu banyak kenangan di sini.
Dari balik kaca mobil kulihat dia sudah menunggu, bersandar di sebuah bangku yang agak menyudut letaknya. Hmh..dia masih hafal dengan letak dan situasi itu. Betapa sudah kubayangkan pertemuan ini.
Sesaat kami telah duduk berhadapan. Terdiam, mungkin gugup dan bingung apa yang harus kami lakukan dan katakan dalam kondisi itu. Terasa agak aneh, bisa jadi karena sudah lama tidak bertemu dan tidak ada komunikasi di antara kami. Itu semua memang sudah menjadi kesepakatan kami sejak kami berpisah. Sejenak kuperhatikan sosok yang dulu dihadapanku in.  Masih terlihat jelas garis-garis ketampanan di wajahnya, meskipun rambutnya sudah mulai beruban disana sini. Dan lagi senyumnya itu tidak berubah… senyum yang dapat kunikmati selama kami bersama. Senyum itu yang membuatku terasa hangat.
“Halo, apa kabar?” sapanya sambil menjulurkan tangannya. Tidak berubah, dulu juga begitu orangnya pendiam tapi ramah. Kuambil sebuah buku dari dalam tasku dan kuberikan padanya. Dia tersenyum dan sejenak asyik membolak balik isi buku itu lalu dia sodorkan lagi buku itu padaku sambil mengulurkan sebuah pena. Aku tahu. Segera kububuhkan tanda tanganku di bagian halaman depan buku itu sambil kutulisi “ Terima kasih telah bersama”.
Itu buku kesekian hasil karyaku sejak aku memutuskan untuk menjadi penulis. Sebuah novel yang baru lounching di pasaran. Berharap dia suka dan tentu saja kebersamaan kami dulu sebagian mengisi deretan-deretan kisah yang tertulis di sana.
Lalu mengalirlah kami dalam perbincangan. Dari menceritakan pengalaman masa lalu, apa yang kami alami saat ini dan rencana kami ke depan. Sesekali kami saling tertawa bila mengingat kisah lucu. Rasanya mencair sudah kekakuan diantara kami sebelumnya.
Dulu kami memang pernah bersama ketika sama-sama kuliah. Kami pacaran hampir dua tahunan. Dan hubungan kami baik-baik saja saat itu. Bahkan menjelang lulus kami sudah memiliki rencana akan bekerja di suatu kota tertentu. Namun tanpa kami duga dan kehendaki, keluargaku tidak menyetujui hubungan kami karena alasan mereka kami beda suku dan dia dari keluarga yang tidak berada. Tragis memang tapi itu kenyataannya, dan meskipun aku berusaha untuk meyakinkan mereka namun sepertinya jalan itu sudah tertutup. Dengan berat hati kami harus menerima keadaan yang pahit ini dan belajar dewasa menyikapinya.
Setelah sekian tahun berpisah kamipun telah menikah dan dikarunia masing-masing rumah tangga yang baik. Tak terasa air mataku mengalir tatkala mengenang masa itu, sungguh berkesan namun menyakitkan. Ternyata kenangan ini telah menjadi bagian penting dalam hidupku. Dan kadang itu muncul menghiasi perjalanan lamunan dan perasaanku. Ada kerinduan, harapan, pelarian dari realita hidup yang sekarang dan sebagainya.  
Namun aku tidak boleh membiarkan hal ini berlanjut. Semua sudah berlalu dan kekinian yang kujalani. Ruang itu masuk ada dan terbuka dan membiarkannya di sana. Namun apa yang kami jalani sekarang bukan untuk mengulangi apa yang telah terjadi. Masing-masing kami menyadari semua sudah menjadi kenangan dan biarlah pengalaman itu menjadi bagian kecil dari pengisi ruang puzzle dari keseluruhan gambar hidup kami.
Entah kebetulan atau tidak mengalun diruangan itu “
“Pulang ke kotamu ada setangkup harum dalam rindu
….penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
……………………………………
Seiring laraku kehlanganmu
Merintih sendiri ditelan deru kotamu
Walau kini kau telah tiada kembali
Namun kotamu menghadirkan senyummu abadi
(Yogyakarta – milik KLA Project)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar