Ketika aku masih remaja dulu aku
kadang-kadang memakai kacamata rayban. Bukan karena mataku minus atau juga
bukan karena silau terkena sinar matahari dan aku senang-senang atau
nyaman-nyaman saja karena aku memakai kacamata itu lebih dikarenakan untuk
bergaya. Tujuan utamanya untuk menarik gadis-gadis supaya terpikat padaku.
Harapanku siapa tahu dengan memakai kacamata itu aku terlihat lebih cakep.
Makanya kadang aku ingin difoto dengan mengenakan kacamata keren tersebut.
Sebenarnya ini terinspirasi oleh
bintang film yang kala itu cukup keren dan terkenal yaitu Eric Estrada dalam
filmnya CHIPS. Dia memerankan polisi dan selalu memakai kacamata bila
mengendarai mogenya (motor gede). Juga dengan bintang film Silverstone Stallone
dengan film COBRA. Ketika memakai kacamata seperti itu, aku membayangkan aku
akan segagah mereka dan pasti akan banyak gadis yang terpesona. Meskipun
memakai kacamata ini tidak terlalu sering tapi aku merasa senang ketika
mengenakannya.
Beberapa waktu lalu aku pergi ke salah
satu optic untuk membeli kacamata setelah dilakukan pemeriksaan. Sebelumnya aku
juga sudah memiliki kacamata karena mataku sudah tidak bisa membaca tulisan yang
kecil dan ternyata juga silinder. Namun aku memakainya kalau untuk membaca
saja, itupun kadang-kadang. Ketika diperiksa ulang ukuran silindernya
bertambah, jadi terpaksa beli lensa baru.
Pada saat aku sedang berkaca
untuk menentukan bentuk frame dan lensa
yang baru yang akan aku pilih, terbersit perasaan yang tidak nyaman. Artinya perasaan
bangga yang dulu bila memakai kacamata sekarang justru tidak nyaman dan kalau
perlu tidak memakainya. Aku mencoba mencari tahu penyebab perubahan perasaan
ini dan aku menemukannya.
Sekarang aku tidak nyaman karena
sebenarnya dengan mengenakan kacamata plus itu menandakan usiaku memang sudah
tidak lagi remaja alias sudah mulai tua. Panggilan alam ini menggelinding tanpa
terasa namun pasti. Dari waktu ke waktu yang dilalui semua berproses menuju
ketuaan. Salah satunya adalah mataku yang dulu begitu jelas dan membaca tulisan
ukuran apapun sekarang tanpa menggunakan kacamata tulisan itu hanya terlihat
sederetan garis lurus saja. Belum lagi semua bagian dalam tubuh ini juga
mengalami perubahan. Kadang antara siap dan tidak siap menerima keadaan ini
terjadi, ada saja bagian yang dirasakan yang dulunya sepertinya tidak pernah
merasakannya.
Bagaimana sikapku dengan semua
ini. Sebagai manusia secara usia makin bertambah namun secara fisik kekuatannya
makin berkurang dan makin lemah. Itu mau tidak mau harus disiapkan diri untuk
menanggung semua proses alamiah ini.
Realita proses penuaan jasmani
ini tidak bisa dihindari meskipun ada vitamin-vitamin yang bisa manjaga
kebugaran atau mengulur waktu penuaannya. Termasuk juga dengan berolah raga,
beristirahat cukup dan sebagainya akan
membantu kesehatan dan kekuatan tubuh namun bukan berarti proses itu berhenti
tapi agak diperlambat dan puncaknya adalah mati. Maka tinggal sikap saya mau
menerima relaita ini atau menolaknya, kalau aku menerima maka aku akan
menyiapkan diri bila ada perubahan dan tentu saja akan membuatku nyaman dalam
menghadapi setiap keadaan.
Namun yang jauh lebih penting
adalah apakah hidup batiniahku makin bertumbuh dewasa. Seharusnya dengan
bertambahnya umurku maka batiniahku juga makin matang. meskipun tidak menjamin
demikian.
Biarlah hidupku makin sederhana
dan persoalan yang harus dihadapi makin mematangkan hidupku. Tentu saja itu
ditopang dengan relasi dengan Tuhan yang makin intim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar