Senin, 14 Mei 2012

Menyuap orangtua (Renungan Batin – Muda mudi)


 Aku sulit menggambarkan perasaanku sekarang, rasanya campur aduk. Di satu sisi aku senang dan bangga  karena ada cowok yang sedang mendekati aku dan memang menyatakan rasa cintanya itu padaku. Entah apa sebabnya dia menyukai aku. Tapi di sisi yang lain hatiku masih ragu untuk mengiyakan cintanya padaku karena aku melihat karakternya tidak baik. Selama kami berteman dia suka berbohong dan mudah berjanji tapi seringkali tidak menepatinya. Omongannya saja yang besar dan sepertinya meyakinkan bahwa semua persoalan dapat dia atasi, terkesan sombong. Dan lagi dia itu keras kepala, yang penting maunya sendiri dan tidak mau mendengar kata orang lain.
Namun aku juga bingung karena gerakannya itu sangat agresif. Dia tidak hanya berusaha bersikap manis didepanku tapi terlebih kepada keluargaku. Berapa banyak kalau dia main ke rumahku selalu membawa sesuatu untuk keluargaku misalnya lauk pauk, barang-barang elektronik, membelikan pulsa dan ia juga terbiasa membelikan kado apabila salah satu keluargaku sedang berulangtahun.
Bukan itu saja, seringkali dia juga ikut ngobrol dengan orangtuaku. Jadi sepertinya aku dicuekin dan ia lebih asyik ngomong-ngomong dengan orangtuaku. Selain itu dia juga tidak segan-segan membantu keluargaku bila ada masalah.
Apa saja yang telah dilakukannya tentu saja membuat kesan baik bagi keluargaku, terutama orangtuaku. Mereka selalu memuji-muji teman cowokku itu. Mereka menganggap bahwa dia cocok jadi pacarku dan calon menantu yang ideal karena menurut anggapan mereka cowok yang baik itu tidak hanya mencintai pacarnya saja tapi juga peduli kepada keluarga pacarnya. Sepertinya mereka sudah menyetujui dan menerimanya padahal aku sendiri belum membuat keputusan apa-apa.
Hal ini tentu saja membuatku jadi serba sulit. Kalau aku menyetujui keinginan orangtuaku supaya aku menerima dia jadi pacarku maka aku takut dengan rumahtanggaku kelak, aku tidak berani mengambil resiko dengan perilakunya yang bisa jadi tidak berubah atau melah lebih buruk dari yang nampak sekarang ini dan tentu saja bukan saja aku sendiri yang akan menderita tapi keluargaku atau orangtuaku juga akan menanggung penderitaan itu.
Namun bila aku menolak cintanya maka aku akan menanggung resiko bisa dimarahi orangtuaku, dianggap bodoh, egois dan tidak memahami mereka, dianggap aku terlalu sulit atau milih-milih dan sebagainya.
Aku harus membuat keputusan secepatnya. Ini menyangkut masa depanku sendiri dan aku punya andil besar dan aku harus memiliki keyakinan sendiri setelah mempertimbangkan dengan matang. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut supaya nanti tidak makin menyulitkan aku karena teman cowokku itu makin mempengaruhi keluargaku.
Aku jujur melihat bahwa apa yang dilakukan temanku itu sebenarnya bagian dari bentuk “penyuapan”.  Karena dia memiliki tujuan untuk mendapatkan cintanya dariku maka dia berusaha mendekati keluargaku dulu secara intensif dengan harapan akan mendapat dukungan mereka. Dan tentu saja memang seringkali hal ini menyulitkan posisiku. Aku sepertinya tidak punya pilihan lain karena aku dibenturkan pada orangtuaku sendiri.
Namun tindakan “penyuapan” kepada orangtua ini merupakan tindakan pengecut karena tidak berani mengatakan sendiri, tidak berani berjuang sendiri dan tidak berani menerima kenyataan jawaban “tidak”.
Selain itu bentuk “penyuapan” ini juga merupakan trik kuno yang sebenarnya juga bentuk perjodohan di jaman Siti Nurbaya dulu dimana orangtua berperan dalam memutuskan calon menantunya.
Pertanyaannya apakah dia benar-benar tulus mau memperhatikan keluargaku atau jangan-jangan sementara saja karena supaya mendapatkan aku?  Bila demikian, maka kelak dia belum tentu mau membantu persoalan keluargaku setelah aku jadi istrinya.
Memang menolong dan peduli dengan keluarga baik namun biarlah ini jangan jadi “penyuapan” kepada orangtua. Bila ternyata tidak jadi maka orangtuapun juga akan kecewa karena tidak lagi bisa menikmati bentuk-bentuk kebaikan dari calon menantunya itu.
Dan keputusanku sudah mantap. Aku tidak mau menjadi pacarnya meskipun aku harus disalahmengerti orangtuaku dan dia sudah banyak menolong keluargaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar