Rabu, 28 Desember 2011

Mendidik anak laki-laki (Renungan Batin – Orangtua & Anak - 7)


Mendapatkan anak berjenis kelamin tertentu bagaimanapun tetap harus disyukuri meskipun kadang ada keluarga yang mempunyai anak berturut-turut jenis kelaminnya sama. Itu semua tentu ada dalam kedaulatan Tuhan. Walaupun ada orang yang menyatakan supaya bisa memperoleh anak dengan kelamin tertentu ada caranya atau tekniknya. Namun tetap harus diyakini, otoritas Yang Mahakuasa tetap berlaku.

Hal yang disadari bahwa anak-anak dengan jenis kelamin berbeda, itu menandakan mereka memiliki kekhasan yang tidak sama dan tentu saja perlakukan kepada mereka juga berbeda. Anak laki-laki beda dengan anak perempuan. Namun keberbedaan itu bukanlah mana yang lebih baik, juga mana salah dan benar, juga bukan lebih enak mana tapi sekali lagi itu berkaitan dengan keunikan dan perlakuan yang berbeda dalam hal tertentu. Tapi ada juga didikan yang sama bagi semua anak berjenis kelamin apapun.

Rasanya mendidik anak laki-laki biasanya (tetapi tidak selalu) lebih sulit daripada anak perempuan. Kadang melihat tingkah laku mereka yang terus bergerak dan menantang bahaya, membuat hati ini sering berdebar-debar. Bahkan suara teriakan orangtua yang memanggil atau memperingatkan mereka seperti tertelan dengan kegaduhan polah mereka.

Mereka kadang melompat-lompat dimanapun, juga di tempat tidur maupun di sofa. Meski sudah diperingatkan, besuk sudah dilakukan lagi. Kadang mereka akan memanjat apapun bahkan tubuh orangtuanya juga menjadi salah satu pilihan mereka. Eksperimen lain, mereka bisa mengambil palu untuk memukul mainan yang baru saja dibeli atau dibongkar mainan itu tapi tidak mampu merakitnya lagi.

Bisa saja alat-alat kecantikan ibunya menjadi alat untuk mengespresikan imajinasinya. Lipstic dipakainya untuk mewarnai seperti crayon dan kuas pipinya dijadikan kuas untuk menggambar. Bedak menjadi bubuk warnanya. Setelah itu, si ibu tinggal marah-marah melihat tingkah laku anak laki-lakinya karena sudah merusak barang kesayangannya yang harganya cukup mahal.

Lain waktu, mereka berlari-lari sambil teriak-teriak kejar-kejaran. Petak umpet dan bermain seperti koboi-koboian. Laksana serombongan gajah yang lewat sedang memasuki dan memporak-porandakan seisi rumah. Demikian juga dengan perabotan rumah tangga, sudah berapa banyak yang rusak dan hancur karena dijadikannya permainan laksana sedang memainkan alat musik, dipukul sana sini.

Sepertinya anak laki-laki memang didesain untuk sesuatu yang bersifat tantangan, lebih tegas, berani, bergairah, berpetualang. Mereka harus membuat keputusan, termasuk ketika mereka menghadapi masalah dalam hidup mereka. Mereka sepertinya memang harus bergerak.

Disini orangtua harus belajar menerima segala keberadaan anak laki-lakinya termasuk dengan segala geraknya yang seperti tidak ada lelahnya. Menyesuaikan diri dengan segala riuh ramainya suasana rumah, berantakan barang yang berceceran di mana-mana. Menyiapkan hati ketika si anak laki-lakinya bereksperimen laksana super hero dengan kegagahannya melompat, berlari, memanjat, bahkan berusaha terbang seperti Superman yang akhirnya timbul lecet atau luka di tubuh anaknya.

Bahkan siap dengan kejutan demi kejutan yang diperbuat anak laki-lakinya, seperti sekarang ini di saat saya menulis artikel ini, dua anak laki-laki saya dengan antusiasnya membuat sirup putih yang diaduk yang terbuat dari lelehan Tippex. Entah apa yang mereka pikirkan. Tidak tahu apa yang terjadi bila mereka kemudian meminumnya.

Syukuri bila kita mendidik anak laki-laki dengan baik, maka kelak mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin yang baik. Minimal akan menjadi kepala rumah tangga yang bertanggungjawab untuk keluarganya.

Bila memberikan petunjuk kepada anak laki-laki bukan dengan cara samar-samar karena itu tidak bisa dipahami dan akan diabaikan namun ungkapkan permintaan yang diungkapkan secara ringkas dan jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar