Kamis, 29 Desember 2011

Anak yang takut pada ayah, tp berani dengan ibu (Renungan Batin-Orangtua & Anak - 8)


Mendidik anak supaya tunduk dan menghormati kepada orangtua bukan sesuatu yang mudah, karena tabiat dasar semua orang adalah selalu melawan dan tidak mau diatur.

Hal ini dilakukan bukan karena orangtua sok berkuasa dan suka mengatur. Namun ini penting supaya anak-anak menghargai dan tunduk pada otoritas. Bila anak sudah bisa belajar tunduk pada otoritas orangtua, maka ini akan menjadi modal dasar dalam bersikap terhadap orang lain. Sikapnya yang menghargai orangtua akan menolongnya dalam menghargai pihak-pihak di sekolah, masyarakat, polisi, hukum dan orang-orang lain dimanapun mereka akan berhubungan.

Ketidaktundukan ini dimulai dari perkara sederhana pada saat anak-anak masih kecil. Misalnya anak minta dibelikan jajanan dan mulanya orangtuanya menolak dengan memberi penjelasan, namun si anak terus merengek bahkan menangis keras sampai berguling-guling di lantai. Akhirnya orangtuanya menyerah lalu menuruti keinginan si anak. Bila ini terus dibiasakan maka anak akan terus memakai cara ini untuk melawan kewibawaan orangtuanya dan kasus yang dihadapi akan makin berat.

Masalahnya adalah seringkali anak lebih takut melawan ayahnya namun berani terhadap ibunya. Mengapa demikian?

Bisa jadi ayah kebanyakan bersikap tegas dan ibu lebih banyak belas kasihannya. Bila ibu menegur anak-anak dan mengancam bila anak tidak menurut, seringkali hukuman itu tidak dilakukan. Artinya si ibu mudah kompromi. Misalnya : ibu menyuruh anak-anaknya merapikan mainan sambil mengancam bila tidak mainan itu akan diberikan ke teman anaknya. Setelah beberapa saat anaknya tidak melakukan, lalu si ibu ngomel-ngomel sambil membereskan sendiri mainan anaknya tapi kemudian ancaman itu tidak pernah dilakukan.

Oleh karena itu, belajar untuk bersikap tegas dan konsekuen dengan apa yang dikatakan pada anak-anak. Maka perlu dipikirkan matang-matang disiplin apa yang tepat dan bisa dilakukan sesuai dengan kesalahan si anak. Bila ibu mengatakan akan menghukum apa maka sebaiknya dilakukan.

Selain itu kadang bila anak bertanya atau minta ijin pada si ibu untuk melakukan sesuatu, lalu si ibu menjawab : “coba tanya pada ayahmu”. Demikian juga kadang si ayah juga bersikap demikian. Artinya orangtua tidak ada kesepakatan dan tidak tegas, sehingga yang terjadi anak akan mencari kelemahan ini dan memanfaatkannya. Siapa orang tua yang bisa menuruti keinginannya, itulah yang akan dimintai pendapatnya. Bisa jadi orangtua akan diadu domba oleh si anak.

Yang sebaiknya orangtua lakukan adalah bersepakat dulu dalam menetapkan aturan bagi si anak. Bila ada kasus yang belum disepakati, maka sebaiknya orangtua akan mengatakan pada anaknya : “sebentar, nanti ibu/ayah bicarakan dulu dengan ayah/ibumu”. Maka anak akan melihat bahwa orangtuanya sepakat dan memiliki otoritas yang sama. Antara ibu dan ayah sama dalam membuat aturan dan otoritasnyapun sama.

Selain itu, ayah bisa mengatakan pada anak-anaknya untuk menghormati ibu mereka. Dengan demikian mereka sama artinya mereka menghormati ayahnya. Bila melawan ibu itu juga sama artinya melawan ayahnya.

Ayahpun perlu sering menceritakan kepada anak-anaknya bagaimana pengorbanan ibu mereka pada saat mengandung mereka dan bagaimana si ibu mengasuh dengan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Hal ini dilakukan supaya anak-anak melihat bahwa ibunya sudah banyak berbuat baik pada mereka.

Ayah juga perlu terus memuji dan membanggakan si ibu di depan anak-anaknya sehingga anak-anakpun diharapakan memiliki sikap yang sama kepada ibu mereka.

Ayah dapat mengatakan bahwa dia sangat mengasihi ibu dan sangat membutuhkan keberadaan ibu dalam mengasuh dan merawat anak-anak. Bila tanpa ibu, maka pasti akan ada yang kurang dalam diri anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar