Rabu, 07 Desember 2011

Penebar pesona (Renungan Batin – 13)


Aku melangkah dengan tegap dan pasti. Kususuri jalan-jalan berliku tanpa lelah dan lesu. Aku lelaki muda yang penuh dengan gairah. Terbang bagai kumbang ke sana kemari menebar aroma untuk menikmati sari bunga.

Pada suatu waktu aku menikmati kebersamaan dengan Dinda. Kami sama-sama menyukai hobby bermain catur bahkan juga olah raga yang sedikit memacu adrenalin misalnya panjat tebing. Dia memang cewek unik, rambutnya dipotong pendek, minus anting di telinganya. Tapi tetap ciri kewanitaannya masih terlihat jelas. Biasanya setelah bermain bersama, kami suka makan bakso dan bercanda. Aku tidak segan-segan mengalungkan pelukanku di lehernya. Dia biasa aja, paling bila kucubit pipinya dia akan meninju perutku sambil matanya melotot.

Di kampus ada Wida, yang kemana-mana sering kuboncengkan. Aku banyak mendapat pertolongan darinya tentang mata kuliah yang aku tidak paham. Dia gadis yang pandai, alim, dan sederhana sekali. Dulu kalau berangkat dan pulang kuliah dia sering naik bis kota. Namun sejak aku dekat dengan dia, aku yang menjemput dan mengantarnya pulang. Orangtuanya juga sudah dekat dengan aku. Bahkan ak sering makan di rumahnya. Teman-teman kampus sering mengatakan kalau kami ini pacaran. Aku dan Wida hanya senyam-senyum saja mendengarnya.

Aku juga aktif dalam kegiatan rohani. Aku sering mengikuti persekutuan di gereja. Di sana pula aku bisa mengenal gadis-gadis yang kini juga dekat dengan aku. Kami sering sharing bersama, membentuk vocal group dan sering mengisi ketika kebaktian di gereja dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ada Kurnia, Risa, Damar, dan sebagainya. Kepada mereka ini aku sering banyak dimintai tolong. Aku sering mentraktir mereka, mengantar kesana kemari, atau bahkan untuk hal-hal di luar urusan kegiatan gereja. Mereka sering berkata kalau aku ini cowok yang baik hati dan mudah untuk menolong.

Kepada teman-teman gadis ku itu, semuanya kuanggap istimewa. Aku dekat dengan semua namun aku tidak atau setidak-tidaknya untuk saat ini aku belum mau pacaran dengan siapapun termasuk dengan mereka. Mungkin yang aku lakukan ini karena rasa persahabatan atau persaudaraan, meskipun harus kuakui kadang ada perasaan tertarik pada beberapa orang dari antara mereka.

Memang banyak orang sering menegurku supaya aku tegas dan tidak mempermainkan perasaan wanita. Aku yang merasa tidak sedang sengaja bersikap demikian tentu saja aku tidak terima dengan pernyataan itu. Bagiku bila belum ada pernyataan resmi kalau “aku cinta kamu” dari aku ke seorang wanita maka itu artinya aku mengagapnya masih sebatas teman.

Namun sekarang aku menyadari, bisa saja sikap dan tingkah lakuku ini salah, karena aku tidak tahu dengan tepat bagaimana perasaan gadis-gadis itu. Selain itu mereka juga tidak sama tingkat kedewasaannya. Bisa saja, ada di antara mereka yang menganggap aku ini suka padanya atau bahkan menganggap aku pacarnya. Wah kalau begitu gawat sekali..

Ternyata benar, ada teman gadisku itu yang sudah menyebar isu sengaja atau tidak, kalau kami ini pacaran. Dia mengatakan buktinya kalau aku sering main kerumahnya, mengirim SMS yang bernada perhatian, memberikan kado istimewa di hari ulang tahunnya dan sebagainya. Dan itu memang benar, namun aku melakukan semua itu karena dia sahabatku. Aku memperlakukannya sama dengan teman-teman gadisku yang lain. Nampaknya dia jadi GR (gede rasa).

Mengetahui hal ini, memang ada perasaan bangga pada diriku. Bagaimana tidak, disukai banyak gadis dimana-mana. Sepertinya mereka menunggu pinanganku.
Namun aku jadi merasa bersalah, bingung, sungkan apalagi bila ternyata para orangtua mereka juga sudah menyimpulkan hal keliru terhadap sikapku selama ini pada anak-anak gadis mereka.

Sebagai manusia wajar bila aku bergaul dan memiliki banyak teman dengan siapapun. Sebagai laki-laki lumrah juga bila aku dekat dengan lawan jenis seperti aku dekat dan bersahabat dengan laki-laki lain.

Tapi yang aku harus ingat, bahwa sebagai laki-laki aku bisa saja terjebak dengan naluri untuk menolong, memberi perhatian, membela, melindungi dan sebagainya terhadap para wanita. Meskipun itu juga normal, namun tidak semua gadis dapat berpikir dan merasakan itu sebagai hal yang wajar. Ada batas-batas antara perhatian ke sahabat dan dengan seorang kekasih atau yang sedang disukainya.

*) semua nama di atas hanya fiktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar