Jumat, 16 Desember 2011

Wah Cantiknya…! (Renungan Batin – Orangtua & Anak - 6)


Aku ingat tatkala itu masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) kira-kira kelas empat. Ada teman sekolahku namanya sebut saja Ratih. Dia berasal dari luar pulau Jawa. Wajahnya manis, kulitnya putih dan yang aku suka, rambutnya hitam terurai panjang melebihi bahunya.

Pada saat itu aku sudah memiliki perasaan tertarik padanya dan tentu saja teman-teman laki-laki yang lain juga merasa demikian. Aku sering mencuri-curi pandang melihatnya. Namun aku tidak berani mendekat dan mengajaknya berbicara. Aku minder, malu dan tidak tahu harus ngomong apa bila dihadapannya. Jadi aku hanya menikmati “keindahan” wajahnya dan segala apa yang nampak padanya hanya dari kejauhan.

Sekarang aku sudah tidak berjumpa lagi dengan temanku itu. Entah dimana dia sekarang. Namun pengalaman berkesan dan hanya sekelumit itu tidak bisa hilang dari ingatanku. Aku juga tidak tahu pasti bagaimana mulanya perasaanku mulai timbul. Namun yang aku rasakan, aku merasa suka dan tertarik karena kecantikannya. Tidak terpikir olehku tentang pacaran dan sebagainya. Apakah ini normal dialami oleh anak seusiaku dulu yang baru duduk di sekolah dasar?

Hal ini menyangkut yang dialami anak lelakiku. Rasanya dia juga merasakan seperti yang kurasakan dulu. Padahal dia masih duduk di bangku awal-awal sekolah dasar.
Pada suatu hari sepulang sekolah, wajahnya begitu ceria dan matanya berbinar-binar lalu tiba-tiba dia merebahkan diri sambil tersenyum-senyum. Matanya menatap ke langit-langit dan kemudian terucap suara keras dan mantap “Yes !” sambil jemarinya mengepal kencang. Panggilan ibunya tidak begitu diperhatikan sebelumnya.
Ibunya bertanya “kamu kenapa? “

Dia menjawab sambil tersenyum “aku melihatnya tadi disekolah, wah cantiknya…!”
Ibunya melongo terbengong. Ada apa dengan anaknya yang usianya masih belum genap sepuluh tahun ini. Apakah dia sudah merasakan jatuh cinta?

Ternyata sikapnya makin terlihat kalau dia memang menyukai anak perempuan teman sekolahnya. Aku mulai ingin tahu seperti apa anak itu. Ternyata dia memang memiliki wajah yang cantik, pintar menyanyi dan lagi….hmh rambutnya panjang lurus terurai lebih sebahu. Kok mirip dengan gadis yang ayahnya sukai dulu ya?..

Ternyata ketertarikan anakku pada teman gadis sekolahnya makin terlihat namun semuanya dalam kewajaran dan tidak terlalu berlebihan.

Aku tidak tahu apa ini karena “perasaan” yang diturunkan ataukah karena lingkungan atau karena begitu banyak media massa yang mempengaruhi sehingga anak-anak terkhusus anak lelaki jadi begitu cepat matang secara seksual atau ketertarikan dengan lawan jenis.

Namun aku harus tahu apa yang akan aku lakukan dalam menyikapi kondisi anakku seperti itu. Kami (orangtuanya) belajar menyikapi tidak terlalu reaktif atau dengan serta merta melarang atau mengatakan itu tidak baik.

Justru kami ingin menemani anak kami memasuki perjalanan hidup yang bagi kami sendiri sesuatu yang baru. Kami ingin menciptakan suasana yang aman dan nyaman dimana anak kami bisa bebas bercerita atau curhat tentang perasaannya dan tidak merasa itu sebagai sesuatu yang tabu atau terlarang.

Sebagai sesama laki-laki, tentu aku juga ingin membagi perasaan dan pikiran apa yang harus dilakukan seorang laki-laki bila sedang dalam kondisi seperti itu. Dengan duduk atau berbaring bersama atau dalam suasana santai, kami bisa saling berbagi. Aku juga ingin berbagi bagaimana pengalamanku dulu.

Kami ingin anak kami bisa menjadikan kami tempat untuk bertanya, berbagi, belajar, diskusi tentang apapun yang dialami tanpa rasa takut sehingga dia tidak akan mencari ke orang-orang atau media-media yang menyesatkan.

Saat ini anak kami bisa berbagi perasaannya tentang rasa suka kepada teman gadisnya itu dan kami mengajarnya tentang nilai-nilai pernikahan dan sikap-sikap apa yang seharusnya dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar