Minggu, 01 Januari 2012

Waktu untuk ibu/istri (Renungan Batin – Orangtua dan Anak - 9)


Betapa sibuk dan repotnya tugas seorang ibu/istri di rumah. Tiap hari harus mengurusi urusan rumah tangga. Melakukan pekerjaan dari memasak, mencuci piring, dan sebagainya. Hingga mengasuh anak-anak dengan menyuapinya kalau anak-anak masih kecil, menemani belajar, bercerita dan seterusnya. Belum lagi ada tugas-tugas yang berkaitan dengan suaminya. Menemani suami ketika ada acara pesta, menjadi tempat curhat suami sampai memijiti atau mengeroki ketika suami capai atau terkena masuk angin.

Kalau ditambah lagi bila si ibu/istri bekerja juga karena penghasilan suami tidak mencukupi maka tugas-tugas harian di rumah di atas tetap tidak bisa dialihkan pada orang lain. Maka betapa dibutuhkan kekuatan fisik yang sungguh-sungguh namun juga kekuatan mental yang besar karena si ibu/istri bisa saja menghadapi persoalan atau masalah yang akan menguras energi pikiran dan emosinya. Padahal semuanya menuntut kualitas terbaik dari peran ibu/istri atau karyawan bila ibu/istri tersebut bekerja. Harus ada keseimbangan antara tugas dengan pengisian kebutuhan roh, jiwa dan fisiknya.

Bila ini terjadi dan si ibu/istri tidak mampu mengendalikan diri dan situasi yang dihadapi maka ini akan mempengaruhi kualitas tanggungjawab mulia yang dilakukan ibu/istri di rumah. Dampaknya seluruh isi rumah akan terlantar dan tak terpenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu jangan sampai meremehkan peran ibu atau istri di rumah dan jangan pula mengabaikan kebutuhan ibu/istri yang pantas ibu/istri itu dapatkan.

Persoalan sekaligus bagian sensitif yang bisa menjadi kekuatan bagi ibu/istri dan harus diperhatikan para suami adalah hubungan suami istri. Istri akan merasa aman dan nyaman bila mendapat kepastian kualitas hubungan dengan suaminya. Istri tidak hanya ingin dianggap suaminya sebagai “istri” tapi dia ingin dianggap sebagai “kekasihnya”.

Istri membutuhkan perhatian suaminya dan ingin yang terutama dibanding anak-anaknya. Tidak bijak mengganggap anak-anak lebih penting dari istri. Bila demikian, maka sering istri akan merasa dirinya tidak istimewa di mata suaminya.

Istri membutuhkan waktu-waktu hanya berdua dengan suaminya : makan bersama sambil mencurahkan perasaannya tanpa membicarakan pekerjaan atau orang lain, duduk berdua sambil berbincang di rumah dan tidak sambil nonton TV dan sebagainya.

Selain itu, ibu/istri juga punya hak untuk memiliki waktu pribadi untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan tidak dicampuri dengan urusan rumah tangga terus menerus. Kadang dibutuhkan untuk menjadwal waktu bagi ibu/istri untuk pergi belanja sendiri atau hanya sekedar jalan-jalan.

Ada juga kesempatan yang rutin ibu/istri untuk bisa ikut senam aerobic atau olah raga apapun, atau mungkin untuk pergi ke salon untuk facial, creambath, pedicure, manicure atau apapun yang “cure-cure” entah untuk mempercantik diri atau sekedar relaksasi. Dan sangat baik juga bila sang suami bisa memberikan uang untuk kebutuhan itu dan bahkan mengantar jemput istrinya tersebut.

Selain itu yang lebih penting dan mendasar, ibu/istri membutuhkan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Ini akan mengisi rohnya supaya dapat segar sekaligus mendapat penghiburan dan kekuatan dari Sang Sumber. Oleh karena itu sangat baik ibu/istri tidak terganggu ketika berdoa dan membaca firman Tuhan. Biarkan semua kerepotan berhenti dan ditinggalkan sejenak untuk mendapatkan kesegaran ilahi.

Waktu untuk ibu/istri secara pribadi sangatlah bermanfaat dan tidak boleh dirampas oleh siapapun dan apapun. Justru bila ini dimiliki secara teratur oleh ibu/istri maka akan keluar kehidupan berkualitas dari ibu/istri yang akhirnya bisa dirasakan kebaikannya bagi suami dan anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar