Minggu, 20 November 2011

Heart to heart (Renungan Batin – orang tua & anak - 2)



Anakku..
Marilah kita berperkara. Ini adalah urusan kita sendiri. Antara ayah dan anak. Marilah kita bersama, berkata-kata, berpetualang dalam aneka penemuan, kita keluarkan semua rasa di dada dan biarkan kita merenung yang membuat kita makin dewasa. Ya inilah saatnya Heart to heart.
...
Bermula kita berdua naik kereta menuju kota dimana ayahmu dulu dilahirkan dan dibesarkan. Selain karena ada kepentingan tugas ayahmu di sana. Namun kepergian kita berdua ini memang sudah orang tuamu rencanakan sebelumnya.
Aku ingin mengajarimu melihat dunia yang lebih luas. Ada banyak hal yang bisa kamu jumpai di dunia ini.

Di kereta ekonomi kamu bisa mengetahui bermacam-macam orang : pedagang asongan, pengamen, pengemis buta atau cacat, penyapu lantai, penumpang, kondektur dan sebagainya. Itu semua kamu mengerti betapa sulitnya orang mencari makan dan masih banyak orang yang hidupnya miskin, apa yang bisa kita perbuat untuk orang-orang seperti mereka?

Anakku..akan kuajak kamu menyusuri rumah dimana ayahmu dulu tinggal dengan sejarah ayahmu dulu yang pernah mengecap “kekelaman”. Ayahmu dulu pernah merasakan betapa sulitnya menjadi orang yang miskin. Ayahmu juga pernah merasakan kerasnya pergulatan hidup untuk menjadi seorang “manusia” supaya diterima orang lain. Dengan berbagai cara termasuk dengan kenakalan remaja saat itu. Ayahmu punya masa lalu dan semua itu menjadi catatan dalam perjalanan hidup ayahmu.

Kamu juga melihat bagaimana tangan lembut nenekmu dan menjadi tangan “batu” untuk mencari nafkah dan menghidupi anak-anaknya termasuk ayahmu ini. Kamu melihat keuletannya dan pantang menyerah.

Berharap semua itu terekam dalam memorimu. Biarlah yang kamu pahami, bahwa oleh kemurahan Tuhan semata ayahmu ini sekarang bisa menjadi ayahmu dalam keadaannya yang seperti sekarang ini. Oleh pertolongan dan teladanNya, ayahmu ini bersedia dan bertekad akan terus melakukan tanggungjawab “ke-ayah-an”. Allah ayahmu itu hidup dan memelihara ayahmu hingga saat ini dan nanti.

Dalam kebersamaan hanya dua hari ini, sudah banyak pelajaran yang dibagi dan didapatkan. Ayahmu ini juga merasakan bahwa kamu adalah anakku. Ketika kamu menciumku, memelukku dan memijitku. Yang kurasa itu sentuhan seorang anak terhadap ayahnya. Dan saat kamu baringkan kepalamu dipangkuanku, kubelai rambutmu dan terasa belaian ayah terhadap anaknya. Mengapa semua jadi terasa demikian kuat saat ini? Mengapa relasi ini begitu sangat berkesan saat pergi berdua ini? Karena saat ini semua keberadaanmu tergantung padaku, maka yang terjadi semua reaksi “ke-ayah-an” bergejolak untuk disalurkan.

Di sisi yang lain, ayahmu ini menemukan bahwa kamu memang masih anak-anak. Aku selama ini tidak menyadari sehingga menuntutmu bersikap, berkata dan berperilaku melebihi usiamu. Yang terjadi kamu frustasi dan ayahmu ini juga frustasi. Ayahmu harus terus belajar tahapan perkembangan seorang anak. Bila demikian, akan kunikmati segala polahmu yang mencerminkan itulah dunia kanak-kanak, tentunya bukan hal yang sengaja kamu lakukan untuk berbuat dosa.

Dari hati ke hati, ayahmu mencurahkan pikiran dan perasaan padamu untuk apa yang ayahmu pesankan padamu. Nilai-nilai yang ayah bagikan padamu.

Dari heart to heart pula kamu bebas menceritakan apapun pada ayahmu ini. Bisa mengeluh, mencandai, menegur, meminta, mengadu dan sebagainya.

Ini antara kita. Antara ayah dan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar